Posts

Rawon

Image
  Rawon adalah makanan tradisional khas Indonesia yang berasal dari Jawa Timur. Meskipun ada berbagai teori mengenai asal-usul rawon, yang paling umum diterima adalah bahwa rawon merupakan adaptasi dari masakan Tionghoa yang diolah oleh masyarakat Jawa. Pengaruh Masakan Tionghoa Masyarakat Tionghoa di Indonesia memiliki tradisi memasak dengan bumbu-bumbu khas, termasuk penggunaan rempah-rempah seperti bawang putih, bawang merah, cabai, dan lain-lain. Proses memasak ini kemudian diadaptasi oleh masyarakat Jawa, yang menambahkan sentuhan lokal mereka sendiri, seperti penggunaan santan dan gula merah, serta bumbu-bumbu lain yang khas Jawa. Proses Adaptasi Proses adaptasi ini melibatkan beberapa perubahan pada resep asli Tionghoa, seperti penggunaan bumbu yang lebih kaya dan tekstur yang lebih kental. Hal ini menghasilkan hidangan yang berbeda namun tetap mempertahankan beberapa elemen dari masakan Tionghoa asli. Perkembangan di Jawa Timur Di Jawa Timur, rawon menjadi sangat populer da...

Soto Lamongan

Image
  Soto Lamongan merupakan salah satu kuliner tradisional khas Indonesia yang telah dikenal dan digemari masyarakat luas. Soto ini berasal dari Lamongan, sebuah kota kecil di Jawa Timur, dan menawarkan cita rasa yang khas dengan bumbu yang kuat serta kuah berwarna kuning yang kaya akan rempah-rempah. Hingga kini, hidangan khas ini tetap menjadi favorit banyak orang. Soto berkuah kuning ini mudah ditemukan di berbagai sudut kota di Indonesia, terutama di pinggir jalan. Keunikan soto Lamongan dibandingkan dengan soto lainnya adalah adanya tambahan koya udang yang menambah cita rasa gurih pada hidangan ini.  Soto Lamongan tercipta dari inovasi masyarakat setempat yang menggunakan bahan-bahan sederhana di sekitar mereka, kemudian diperkenalkan lebih luas oleh para pedagang lokal. Lalu, bagaimana sejarah lengkapnya hingga hidangan khas daerah ini menjadi begitu populer? Berikut ulasannya Sejarah Soto Lamongan. Soto Lamongan mulai muncul dan populer sekitar tahun 1980-an hingga 1990-...

RUJAK CINGUR

Image
 Rujak cingur merupakan salah satu makanan tradisional dari Jawa Timur, terutama di daerah asalnya Surabaya. Menurut pegiat sejarah Kota Surabaya, keberadaan rujak cingur di Kota Surabaya berawal dari tahun 1930-an yang dibawa oleh pendatang dari Pulau Madura untuk bertahan hidup dengan berdagang kuliner yakni rujak cingur.[1] Awalnya pedagang dari Madura menggunakan Petis ikan cakalang khas Madura, tetapi untuk menyesuaikan dengan lidah masyarakat Kota Surabaya yang mayoritas bersuku Jawa maka juga menggunakan petis udang. Dalam bahasa Jawa , kata cingur berarti 'mulut' atau cengor dalam Bahasa Madura, hal ini merujuk pada bahan irisan hidung atau moncong sapi yang direbus dan dicampurkan ke dalam hidangan. Rujak cingur biasanya terdiri dari irisan beberapa jenis buah seperti timun, kerahi (krai, yaitu sejenis timun khas Jawa Timur atau blungkak dalam Bahasa Madura), bengkuang, mangga muda, nanas, kedondong, kemudian ditambah lontong, tahu, tempe, bendhoyo, cingur, serta sayur...

Sate madura

Image
Sate Madura (Madura: Satè Mâdhurâ) adalah sate yang memiliki bumbu khas Madura. Sate Madura biasanya terbuat dari ayam. Madura selain terkenal sebagai pulau garam, juga terkenal dengan satenya. Sate madura sudah terkenal di seluruh nusantara. Sate Madura dibawa oleh Adipati Sumenep Arya Jaran Panoleh setelah mengunjungi kakaknya Lembu Kanigoro yang telah menjadi adipati Ponorogo dan memberi hidangan sate Ponorogo. Melihat makanan yang tidak wajar karena ditusuk lidi dan di lapisi bumbu kacang, Arya Jaran Panoleh dan rombongan enggan memakan hidangan tersebut selain itu juga bingung bagaimana cara membungkusnya. setelah di jelaskan oleh kakaknya bahwa masyarakat Ponorogo terutama para warok sudah biasa makanan yang dihidangkan tersebut. Warok yang memiliki sifat wira'i, maka dari itu di gunakanlah tusuk lidi sebagai media memakan daging ayam, dimana saat itu belum mengenal sendok sehingga tetesan sambal tidak mengenai jari-jari. Setelah itu Jaran Panoleh meminta izin kepada kakaknya...

Gado-Gado

Image
 Adanya gado-gado bermula pada abad ke-17 (1628-1629), saat Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung melakukan Penyerbuan di Batavia, kehabisan pasokan bahan makanan terutama beras. Selain itu, lumbung-lumbung beras di sekitar Batavia dibakar oleh VOC, sehingga membuat prajurit warok dari Ponorogo yang tergabung dalam pasukan perang membuat sambal bumbu pecel dari kacang tanah, kemudian disiramkan ke berbagai sayuran mentah yang ada di sekitar persawahan untuk bertahan hidup. Tindakan ini dalam Bahasa Jawa disebut Gadho yang berarti makan hanya lauk saja atau makan lauk tanpa nasi. Resep gado-gado kemudian diikuti oleh prajurit lainnya untuk memakan sayur seadanya yang disiram cairan bumbu pecel. Seiring perkembangan zaman, kini gado-gado ditambahkan lontong yang diiris kecil, telur, tahu dan kerupuk yang disajikan di warung kecil hingga restoran.  Bahan dari isi atau bumbu yang digunakan bisa bervariasi bahkan teknik dalam membuat gado-gadonya. Di Jawa bagian timur bumbu...